Semua orang, pada dasarnya, memiliki pengalaman dengan keberagaman. Pada tataran lebih kecil, seperti keluarga, hingga tataran lebih besar, seperti negara, orang mungkin berhadapan dengan pandangan berlainan. Namun demikian, kemampuan untuk menghargai perbedaan dan mendialogkannya satu sama lain jelas membutuhkan suatu pembiasaan. Dalam masyarakat kontemporer, pendidikan formal memiliki peran penting untuk meningkatkan kemampuan bernalar. Penalaran ini layak untuk dimaknai tidak sekadar sebagai penguasaan atas pengetahuan teknis, tetapi juga kemampuan untuk menimbang rasa adil. Kedua jenis pengetahuan membantu kita untuk mampu hidup berdampingan. Pengalaman Indonesia sebagai suatu negara bineka mengajarkan bahwa pemahaman silang nyaris merupakan suatu proses belajar seumur hidup. Kemampuan sosial semacam itu dapat ditempa di alam sekolah maupun non-sekolah, dan menuntut suatu sensitivitas timbal-balik tentang kehadiran yang lain sebagai yang patut untuk dipedulikan. Diskusi daring pedagogi kebinekaan ini dimaksudkan tidak hanya untuk memahami integrasi prinsip-prinsip masyarakat yang adil dalam muatan pendidikan, tetapi juga sebagai ajang berbagi pengalaman praktis daerah berlainan dalam mengembangkan pendidikan berbasis multikultural. Perpaduan keduanya diharapkan bertemu catatan-catatan kritis tentang pedagogi kebinekaan.
EBINAR PENDIDIKAN Pedagogi Kebinekaan: Menguji Pendidikan Multikultural di Indonesia Agus Mohammad Solihin, SE., M.Pd., Koordinator Kajian Konten Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Lucia Ratih Kusumadewi , Dosen Sosiologi Pendidikan, Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Indonesia, dan Ai Nurhidayat , Ketua Yayasan Darma Bakti Karya dan Inisiator Kelas Multikultural, akan tampil sebagai pembicara. Diskusi akan dipandu oleh Neneng Nurjanah , M.Hum., Pengajar di FITK UIN Jakarta dan Associate Researcher PSIK Indonesia. Webinar akan digelar pada Selasa, 13 Oktober 2020, pukul 15.30-17.30